CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Jumat, 10 Februari 2012

september rain





Kulihat jadwal pertandingan volley di mading sekolahku.Nanti sore, ada pertandingan kelas XI IPA 1 dengan kelas XII IPS 3.Itu tandanya aku harus ke GOR agar aku bisa bertemu dengannya.Aku tersenyum simpul lalu mulai berjalan dengan sesekali melompat, mungkin terlihat aneh tapi tidak ada alasan apapun.Aku hanya senang melakukannya.Saking asiknya melompat, aku tidak sadar salah satu tali sepatuku lepas.Akhirnya aku menginjak tali itu dan hampir saja terjatuh jika tidak ditopang oleh sepasang tangan yang kokoh.Refleks aku menutup kedua mataku dengan tangan, dan segera tersadar saat aku ternyata tidak terjatuh.Aku membuka tangan dan mataku seraya menatap siapakah yang telah menolongku.Aku terbelalak kaget, tapi aku tidak ingin beranjak kalo saja aku lupa diri.Segera saja aku melepas diri dari dekapannya.
“Maaf.”Kataku lirih sambil sedikit menunduk.Lalu meneruskan jalanku tanpa berani menatap orang itu.Langkahku terhenti, aku lupa berterimakasih.Tolol.Aku kembali padanya.”Eh, terimakasih.”Kataku kikuk.Hati-hati aku menatapnya, dia tampak kebingungan lalu tersenyum.Sungguh senyuman yang memikat hati.”Santai saja.”Katanya sambil menepuk bahuku.Buru-buru aku pergi, bisa gila aku kalo terus menatapnya.Aku berjalan sembari memegang bahuku.Ah, kenapa Tuhan harus nyiptain kamu sih?Batinku.Sudahlah, aku tak berharap apapun dari dia.Cukup menatapnya.
Sore ini, aku telah bersiap di GOR.Aku duduk di barisan nomor 2, agar bisa menyemangatinya.Pertandingan dimulai, dia mulai masuk ke arena pertandingan.Berhubung dia yang paling pendek diantara teman-temannya, ini membuatku bisa fokus untuk melihat gerak lincahnya.Lama pertandingan berjalan, berkali-kali aku memotret dia dengan Nikon kesayanganku saat dia melakukan smash dan memblock.Aku sangat suka melihat dia seperti itu.Menambah poin plus untuk ketampanan dia.Pertandingan telah usai, baru saja beberapa langkah keluar GOR.Tiba-tiba hujan turun begitu deras.Aku berlari mencari tempat berteduh.Alhasil aku kembali masuk GOR dan berdiri dekat pintu masuk, menunggu hujan reda.Sembari terkantuk-kantuk aku terus menatap hujan itu.Betapa aku sangat menyukai hujan.Bau tanah saat hujan memberi ketenangan.Hujan mengingatkan aku pada seseorang.Ketika hujan, saat pertama aku bertemu dengan dia yang sampai saat ini aku kagumi.Sial, aku tidak bawa jaket.Udara dingin mulai merambat menusuk tubuhku.Aku masuk GOR dan meringkuk di pojokan, ternyata di GOR masih ada beberapa atlet yang belum pulang.Semoga dia ada disini.Ucapku dalam hati.Aku ke kantin GOR, membeli Nescafe untuk menghangatkan tubuh.Saat aku membeli Nescafe, hujan tampak mulai reda.Kuputuskan untuk segera pulang.Di depan pintu, aku melihat seseorang sedang menggosok-gosokkan telapak tangannya pertanda dia kedinginan.Dia hanya berkaos oblong.Pantas saja.Kuhampiri orang itu, lebih baik kuberi Nescafe saja.Dia lebih membutuhkan.
“Ini.”Kataku sambil menyerahkan Nescafe.Dia memalingkan muka padaku dan lagi-lagi aku terkejut dibuatnya.Dia lagi.Kenapa akhir-akhir ini aku berhubungan dengan dia.“Thanks.”Katanya sambil meneguk Nescafeku.Aku menjawabnya dengan senyuman dan kebetulan hujan mulai tinggal rintikan kecil, aku nekad menerobos rintikan itu.”Eh, hei kamu.”Teriaknya.Aku menghentikan langkah.”Aku?”Tanyaku tolol.
“Iya kamu.”Jawabnya.Aku menghampiri dia.
“Ada apa?”Tanyaku lagi.
“Kamu mau kemana?”
“Halte.Pulang.”Jawabku kaku dan singkat.
“Kalo gitu bareng aja.”Mau kan?Tawarnya.
Dalam hati aku berteriak kegirangan.Mana mungkin aku menolak tawaranmu.
“Boleh saja.”Jawabku.
Aku dan dia berjalan menuju halte, sungguh suatu hal yang pernah sangat aku harapkan.
“Kamu suka volley yah?”Tanyanya.
“Ah, tidak terlalu.”Jawabku.
“Tapi aku sering melihatmu tampak bersemangat saat kami bertanding.”
Aku terbelalak kaget, jadi selama ini dia tau kalo aku sering menontonnya.Mati aku.
“Hahahaha, engga juga.Yang lain banyak yang lebih bersemangat.”
“Tapi aku suka melihatmu bersemangat seperti itu.”Katanya.
Terdengar ketulusan saat dia mengucapkan itu.Mengejutkan.
“Ah, mungkin bukan aku yang kau lihat.”Kataku lagi untuk meyakinkan kalo yang dia lihat apakah benar aku atau bukan.
“Aku yakin kamu.Ayo cepat lari bisnya sudah datang.”Katanya sambil menarik tanganku.Kaget?Jelas!Tapi aku tetap diam, menunggu dia yang melepaskan genggamannya.Memalukan memang.Hahaha.Sampai beberapa menit setelah kami mendapat tempat duduk, baru dia tersadar dan melepas genggamannya.Betapa aku kehilangan itu.Hujan turun dengan deras lagi, suasana di bis sangat sunyi.Penumpang seperti tertidur semua.Aku melirik padanya, hmmm dia sudah tertidur rupanya.Dia sangat kelelahan.Aku memandangnya tanpa jemu, rasanya aku sedikit tidak percaya.Seseorang yang biasanya aku lihat hanya dari jauh kini berada di dekatku.Sangat dekat.Aku mengambil ponselku dan diam-diam memotretnya.Setelah mengambil beberapa gambarnya, aku kembali menatap hujan lebat itu.Titik-titik embun menempel jelas di kaca bis, iseng aku mengotori kaca itu dengan serentetan kata yang tidak penting.Hujan di pertengahan September ini menggoreskan satu kenangan indah.Ya, tepat hari ini aku berada di dekat dia yang selama ini aku puja, aku kagumi diam-diam.Ini mengingatkanku saat satu tahun yang lalu aku bertemu dengannya.Dengan dia yang kini tertidur pulas di dekatku.Aku tersenyum, rasanya tak ingin hari ini berakhir.
“Kau suka hujan?”Tanyanya membuatku terlonjak kaget.Aku menoleh, hanya tersenyum.
“Aku juga.Ini ngingetin aku sama almarhumah kakakku.Tapi, karena hujan ini juga dia jadi ninggalin dunia ini.”Katanya sendu sambil tertunduk.
“Ikhlas.”Kataku singkat.Dia menatapku kemudian tersenyum (lagi).
“Kalo aku suka hujan, karena ngingetin aku sama seseorang yang istimewa.”
“Oh ya?”
“Iya.Eh, aku duluan yah.Aku turun disini.”Kataku dengan raut sedikit tidak rela.
“Tunggu.”Dia mencekal lenganku.Aku menoleh.
“Cuma sama kamu, aku cerita tentang ini.”Katanya.Aku membentuk kata oke.Kusodorkan kelingkingku, lalu mengaitkan dengan kelingkingnya.
“Aku ga akan cerita ke siapapun ko.”Jelasku lalu tersenyum.Dia membalas senyumanku dan aku turun di halte dekat rumahku.
Malam ini, setelah selesai mengerjakan tugas aku membuka jendela.Hujan masih belum reda.Aku menulis kata DENIS.Denis adalah orang yang selama ini aku kagumi dalam diam dan dalam jauh.Sudah setahun ini aku memendamnya.Hingga aku naik kelas XI, tidak ada perubahan kecuali untuk hari ini.Dia begitu dekat denganku.Dia tidak mengenalku, meski aku menyukainya aku tak pernah melakukan hal apapun untuk merebut perhatiannya.Karena aku yakin itu tidak akan merubah dia menjadi mencintaiku atau apalah.Cukup seperti ini saja, aku sudah merasa senang.Aku ambil diary biru mudaku lalu mulai menulis,

Special day, 16-9-2011
“In the middle of September , we still play out in the rain”
Tepat satu tahun aku mengaguminya, dan tepat hari ini hujan mempertemukan kami kembali.Tapi, untuk kali ini dia lebih dekat denganku.Semoga esok akan tetap seperti ini.

Viona 
Ku tutup diaryku, lalu merebahkan diri.Tak lama setelah itu aku tertidur pulas.Tak memimpikan apapun, karena sore tadi rasanya aku telah bermimpi.
Pagi ini, rasanya aku begitu bersemangat.Mungkin efek dari ketemu Denis kemarin.Ah, dia bener-bener kasih vitamin tambahan deh.Haha.Sampe ibu juga merasa hal ini.
“Kamu abis dapet lotre ya?Kayanya semangat banget.”Tanya ibu.Pertanyaan konyol batinku.
“Loh, emang tiap hari aku semangat kan bu.”Jawabku asal.
“Ini semangatnya berlebihan.”Bantah ibu.
“Hahaha.”Aku tertawa geli mendengar bantahan ibu.”Sudahlah bu, Vio mau berangkat dulu.”Pamitku sambil mencium tangan ibu.
“Ya sudah sana, hati-hati.”Kata Ibu.
“Ya, bu.”Jawabku singkat sambil beranjak pergi.
Seharian ini, aku tidak melihat Denis.Mendadak kadar semangatku turun, apa karena aku terlalu berlebihan semangatnya?Ya ampun, menyebalkan sekali.Sampai jam sekolah berakhirpun aku tidak melihat dia sama sekali.Tuhan, apa ini hukuman buat aku, karena aku sekolah Cuma pengin liat Denis?Tapi kan dia bikin aku semangat.Aku salah ya?Kataku pada diri sendiri.Aku memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki saja.Aku malas untuk menunggu bis yang datangnya entah berapa jam lagi.Kutendang kerikil di depanku serta sesekali kupungut sampah yang berserakan di jalan dan membuangnya ke tong sampah.Aku mengusap peluh di dahiku, cuaca hari ini lumayan panas.Bener deh, hari ini komplit banget.Mana tadi ga liat Denis, dengan tololnya aku pengin jalan kaki, ditambah cuacanya mendadak panas gini.Aku berhenti dekat taman kota, untuk membeli coca-cola.Aku duduk sambil meneguk colaku, dalam hitungan detik colaku sudah habis kuteguk.Aku mengibas-ngibaskan tangan.Ada yang menyodorkan cola, wah kayanya si abang cola tau aku kalo dehidrasi.Tanpa basa-basi aku ambil cola itu dan kuteguk habis.
“Makasih bang, tau aja kalo aku dehidrasi.Yang barusan gratis kan?Soalnya duitku pas banget buat bayar cola yang satu.”Cerocosku sambil mengaduk tasku untuk mengambil uang.
“Iya gratis ko.”Katanya
Aku menghentikan aktivitasku saat mendengar jawaban abang cola.Ko, suaranya beda ya?Kayanya aku kenal ini suara.Aku menoleh ke sampingku.
“Ha?Kamu?”Kataku refleks.
Laki-laki di sebelahku yang ternyata adalah Denis nyengir.Waduh, lagi-lagi aku terlihat memalukan.Bukan terlihat lagi, tapi aku memang selalu memalukan.
“Bang, cola yang barusan aku bayar besok ya.”Bisikku pada abang cola, namun sepertinya Denis mendengarku.Dia tersenyum geli.
“Itu dariku.Tenang saja, aku sudah membayarnya.”Terang Denis.
“Thanks.”Kataku singkat lalu segera saja aku kabur dari tempat itu.
Sepanjang perjalanan pulang, aku berkomat-kamit ga jelas.Ingin rasanya melenyapkan hari ini.Terus saja ku cari kerikil untuk ku tendang.
“Duk.”Kerikil yang ku tendang mengenai helm orang yang tepat berhenti di depanku.Fiuh, untung saja orang itu memakai helm.Lagian salah orang itu berhenti mendadak di depanku.
“Maaf yah.Aku ga sengaja.”Kataku.
“Vio.”Kata orang di depanku.
“Iya?”
“Ayo pulang denganku.”
“Eh, kamu siapa?Maaf aku ga mau pulang sama orang yang ga aku kenal.”
Dia membuka helmnya dan melepaskan masker yang melekat di wajahnya.
OMG!!!Dia Denis!Tadi dia memanggilku?Haaa, dia tau namaku.Yeyeyeye.Hatiku bersorak ria.
“Jadi?”Tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Jadi apa ya?”Tanyaku bingung.
Dia menyunggingkan senyum menawannya.Buatku merinding untuk sesaat.
“Pulang denganku.”Jawabnya.
“Oh, boleh deh.Lagian panas.Uangku juga habis.”Jawabku.Jawaban yang bodoh, tapi setidaknya aku jujur.Tidak jaim.Langsung saja aku naik, dan duduk di belakang punggungnya.Lalu dia tertawa agak keras, membuatku sedikit bingung.
“Eh, ada yang salah?”Tanyaku hati-hati.
“Engga ko.Kamu lucu.”Jawabnya.Aku tersenyum, kalo aku di rumah pasti aku udah loncat-loncat sambil berteriak deh.Dan dia mengantarkanku ke rumah.
“Sekali lagi makasih ya Denis.”Kataku.
“Sama-sama, salam buat ibumu yah.Maaf aku ga bisa mampir.”Jawabnya sopan.”Tapi, lain kali aku akan mampir.”Tambahnya.
“Eh iya.Hati-hati ya.”
Lain kali?Berarti dia suatu hari akan mampir ke rumahku lagi?YEEEEEEEEEEEEEEE.Spontan aku berteriak kegirangan.Ups, ternyata Denis belum pergi.Aku kemudian melesat pergi masuk rumah, ga peduli dia menganggapku aneh, gila, atau apa.
Sejak Denis mengantarku pulang, mm lebih tepatnya sejak kita bertemu di GOR Denis lebih sering menyapaku.Walau Cuma sekadar tersenyum atau berkata hai.Hari di sekolah jadi begitu indah.Selain itu kita juga sering pulang naik bis bareng setiap ada pertandingan.Hal ini membuatku mati-matian untuk menahan senyumku, soalnya setiap hal kecil yang dilakukan oleh Denis tak pernah untuk membuatku berhenti tersenyum.Anehnya, Denis akhir-akhir ini lebih sering ke sekolah menggunakan bis.Biasanya dia mengendarai Satria hitamnya, membuat dia tambah terlihat keren.Teman seangkatanku yang biasa membawa mobil jadi ikut-ikutan pake bis, supaya bisa deket-deket Denis.Pengin rasanya melempar mereka jauh dari Denis.Keliatan banget kalo mereka itu naik bis Cuma pengin dapet perhatian dari Denis.Tapi, apalah daya aku bukan siapa-siapa ga berhak melarang mereka.Malam ini bintang lagi banyak banget, ah kalo saja aku punya pacar.Malam minggu gini ga mungkin aku bengong sambil ngomong sendiri liatin bintang-bintang yang cantik itu.Tiba-tiba ada suara motor masuk ke pekaranganku, sepertinya aku kenal motor itu.Pemilik motor itu melambaikan tangan ke arahku.What?Apa aku ga salah liat?Itu bener Denis?Bergegas aku lari ke ruang tamu.Di ruang tamu kulihat ibu sedang ngobrol dan ternyata benar dia Denis.Ibu kemudian memanggilku.
“Vio, ada temanmu nih.”Kata ibu.
“Ya bu.”Aku menemui ibu.Setelah aku di ruang tamu, ibu meninggalkan kami berdua.Aku melihat penampilan Denis dari ujung kaki samapi rambut.Wah, dia terlihat lebih tampan dari biasanya.Denis mengenakan t-shit biru muda dengan jaket yang tidak dia restleting ditambah celana jeans dengan warna senada dengan jaket yang dia kenakan.Aku jadi malu dengan penampilanku yang hanya memakai celana kolor butut selutut dan kaos doraemon yang warnanya hampir memudar.
“Eh, ada apa ya?”Tanyaku.
“Lagi sibuk ga?”Dia balik bertanya.
“No.”Jawabku singkat.
“Ada pasar malam loh.Kesana yuk.”Ajak Denis.
“Aku tanya ibu dulu ya.”Kataku dan berharap ibu mengijinkan aku pergi.
“Boleh sayang, asal jangan sampai larut malam.”Tiba-tiba ibu nongol dan bergabung dengan aku dan Denis.Denis tersenyum mendengar jawaban ibu.
“Siap Ibu.”Kata Denis sambil tangannya memberi tanda hormat.Ibu terkikik melihat Denis.
“Udah sana ganti baju.Masa pake kaos butut gitu.”Kata ibu.
“Ih, ibu malu maluin.”Rengekku lalu pergi ke kamar.
Uh, aku ga punya baju bagus.Sudahlah mending ku pakai kaos bergambar jerapah dilapisi cardigan hitam dengan jeans ¾.Ku kucir tinggi rambutku menyerupai buntut kuda.Lalu aku bersiap untuk ke pasar malam.
“Ibu kita berangkat dulu ya.”Pamit Denis.Aku idem aja deh, batinku.
Di pasar malam, aku dan Denis mengelilingi berbagai macam stan.Lalu kami berhenti di stan pernak-pernik.Disitu aku melihat sepasang gelang lucu, kata penjualnya itu gelang unutuk orang yang punya pasangan.Aku membelinya.Kalo di final nanti Denis menang akan kuberi gelang ini.Aku mengajak Denis naik bianglala, awalnya dia ga mau tapi setelah aku merengek akhirnya dia mau juga.
“Coba liat deh, bintangnya deket banget kan?Serasa bisa diambil.”Celotehku sambil terus tersenyum menatap bintang.
“Kenapa kamu selalu bisa bersemangat seperti ini?”Tanya Denis.
“Karena cinta.”Jawabku penuh arti.”Karena aku mencintai seseorang.Dia membuatku menggunakan cinta dengan cara yang benar.Karena dia juga, aku lebih bisa menikmati hidup.”Rentetku tanpa henti.
“Lalu orang yang kamu cinta tau?”Tanyanya lagi.
Aku menggeleng cepat dan menggembungkan pipiku.
“Seandainya aku bisa seperti kamu.”Katanya.
“Kenapa?”
Tiba-tiba bianglala berhenti, membuatku agak oleng dan tanpa sengaja aku menubruk Denis.Tanpa sadar kami saling menatap lama, tak lama bianglala jalan kembali membuatku sadar dan kembali ke tempatku semula.
Setelah puas di pasar malam, Denis mengajakku ke taman.Aku berbaring di bangku taman sedang Denis tengah asik bermain pasir.
“Dulu, waktu kaka masih hidup kita disini sering main bareng.”Denis mulai bercerita.
“Dia meninggal 3 hari setelah aku lulus SMP.Saat itu hujan deras, aku masih di rumah teman.Waktu dia menyusulku, dia tertabrak truk dan meninggal di tempat.Setelah kaka meninggal, aku sering ditemani oleh seseorang.Sama seperti kamu, dia juga orang yang membuatku semangat.Tapi, dia malah ikut pergi.Dia pergi tanpa kabar dan kepastian.”Terang Denis.
Dia?Apakah Dia yang dimaksud Denis itu cewenya?Mendengar ini, rasanya dadaku sesak sekali.
“Maka itu, terkadang aku terlihat dingin pada perempuan.Karena aku tidak ingin mengingat dia lagi.Aku menganggap semua perempuan yang mendekatiku tak jauh berbeda dengan Dia.Namun, aku salah karena kamu berbeda.Aku suka itu.”Jelasnya lagi.Mendengar cerita Denis, aku menyunggingkan senyum.
“Kalo Dia kembali menemuimu.Apa yang akan kamu lakukan?”Tanyaku konyol, semoga Denis tidak mencintai perempuan itu lagi, kataku dalam hati.
“Entahlah.”Jawab Denis sedikit mengecewakan.Pertanda Denis masih mengharapkan perempuan itu.Kemudian Denis bercerita lagi tentang sosok yang dia ceritakan itu, dan benar saja dia yang dimaksud adalah seorang perempuan.Lalu, Denis dengan seenaknya memamerkan foto gadis itu.Aku melotot melihat sosok yang di foto itu.Cantik sekali.Berbeda denganku yang berantakan ini.Aku menelan ludah, dan mengembalikan foto itu.
“Cantik.”Kataku singkat dan aku tidak akan mengatakan atau bertanya tentang gadis itu lagi.Membuatku tertohok.
“Memang.”Jawab Denis.Terlihat bahagia dan rasa bangga saat Denis mengiyakan ucapanku tadi.Dan Denis melanjutkan ceritanya.Setengah mati aku tahan air mataku agar tidak tumpah.Aku merasa kecil, rendah.Ingin kusumpel telingaku dengan apapun itu agar aku tidak mendengar cerita Denis lagi.Alhasil aku tertidur di bangku taman.Menyadari tidak ada respon dari Viona, Denis menghampiri Viona dan tersenyum.Viona telah tertidur pulas.Denis memandang Viona.Dia membelai pipi Viona lembut, lalu memanggil taksi untuk mengantar Viona pulang.
Saat aku terbangun, aku sudah ada di rumah.Jam berapa ini?Jam 2 pagi?Loh, apa semalam aku ketiduran ya?Tapi ko aku ada disini?Ah, peduli amat.Mending aku tidur lagi.Esok hari saat aku terbangun, aku melihat memo di meja belajarku.Ternyata dari Denis.Dia memintaku menemaninya ke Mal untuk membeli sesuatu.Dia akan menjemputku jam 9 pagi.Aku melirik jam.Masih jam 8, lebih baik aku nonto doraemon dulu, baru setelah itu mandi.Selesai menonton doraemon, aku sudah bersiap di depan rumah menunggu kedatangan Denis.Tak lama kemudian Denis datang, dan kami melaju ke pusat kota.
“Aku pengin beli sesuatu buat orang spesial dalam hidupku.”Kata Denis menjawab kebingungan.Pasti buat cewe itu, batinku.
“Oh.”Jawabku singkat.
“Kamu sakit?”Tanya Denis sesaat mennghentikan langkah lalu menatapku.STOP DENIS!Kamu bikin aku kaku.Jeritku dalam hati.
“Engga.”Akhirnya aku mampu menjawab pertanyaan Denis.
“Kamu ga kaya biasanya.”Kata Denis lagi dengan tatapan seperti khawatir akan aku.Iya aku males.Soalnya akku suruh nemenin kamu milih hadiah buat cewe cantikmu.Dumelku.
“Kau akan beli apa?”Tanyaku mengalihkan percakapan barusan.
“Menurutmu?”Denis balik bertanya.
“Ya sudah masuk dulu aja, siapa tau kau liat sesuatu yang bagus.”Jawabku.
Akku dan Denis masuk ke bagian accesorries, setelah hampir satu jam memilih-milih.Denis memutuskan untuk membeli kalung dua liontin.
“Loh, ini kan liontinnya ada dua.Ko, Cuma satu?”Tanyaku.
“Liontin yang satu biar jadi kejutan.”Katanya.
Aku hany beroh ria.Iri sekali pada gadis itu, dia begitu istimewa.Saat kami hendak ke food court, ada seseoarang memanggil nama Denis.Kami berdua berhenti dan Denis terbelalak mengetahui siapa yang memanggilnya.Aku melihat ke arah suara itu, gadis tinggi, putih, bak seorang bidadari menghampiri kami.Jangan-jangan dia cewe yang ada di foto Denis.Ya ampunnnnn, cantik banget.Aku sampai bengong melihatnya.Dia menggandeng tangan Denis dan meninggalkanku, terlihat Denis berontak melepas tangan gadis itu lalu memandangku.Aku menatap Denis nanar, sepertinya ini hari terakhirku bersama Denis karena aku yakin besok Denis akan terus bersama cewe itu.Hatiku sakit sekali.Sampai di rumah, aku mengunci pintu kamar dan menangis.Kenapa harus gini sih?Mending aku ga kenal Denis aja kaya dulu daripada harus gini pada akhirnya.
Benar saja, esok harinya cewe itu tak henti untuk membuntuti Denis.Seolah-olah Denis itu hanya miliknya.Tidak boleh ada cewe lain yang mendekati Denis.Tak sengaja, aku bertemu dengan Denis dan cewenya yang aku ketahui bernama Alia.Mataku dan Denis bertemu, tapi aku buru-buru berpaling.Hubunganku dan Denis jadi bertambah jauh.Setiap kami bertemu, tak pernah ada senyum atau sapaan manis lagi.Sebenarnya aku merasa kehilangan Denis, tapi sudahlah aku Cuma orang yang baru kenal Denis dalam beberapa bulan ini.Tidak seperti Alia yang telah lama mengenalnya.Dan mereka berdua memang pasangan yang serasi, cantik dan tampan.Tidak seperti aku yang menyedihkan ini.Akhirnya aku kembali seperti dulu, mengagumi Denis dalam diam.Aku membaca berita acara di mading, sore ini ada final antara kelas Denis dengan kelas XII IPS2.Aku bingung, karena aku pernah janji kalo final nanti aku bakal kasih gelang itu buat Denis.Tapi aku ragu melakukan itu sekarang, karena ada Alia.
Sore ini, pertandingan dimulai.Denis berulang kali melihat ke tempat audience.Denis merasa kehilangan sosok yang biasa meneriaki namanya saat pertandingan volly.Ya, Denis menanti kedatangan Viona.Harinya terasa kurang tanpa cewe mungil yang lincah itu.Biasanya, Viona datang dengan mengenakan topi hitam berlogo nike.Tapi sekarang sosok itu ga ada.Sepanjang pertandingan Denis berulang kali melirik ke arah bangku yang biasa diduduki Viona.Hingga 15 menit pertandingan akan berakhirpun Viona tak kunjung datang.Tiba-tiba dari arah pintu masuk audience tampak sosok yang sangat di kenalnya tengah berlarian menuju bangku penonton.Viona datang.Denis tersenyum kecil dan tampak bersemangat, berulang kali dia berhasil menyemash telak lawannya dan membawa kemenangan untuk kelasnya.Usai pertandingan, Viona melihat Alia menghampiri Denis.Alia mengecup pipi Denis kemudian memeluknya.Viona terperangah melihat adegan itu, bergegas dia pergi tapi Denis melihatnya.Denis melepas pelukan Alia lalu mengejar Viona.Denis memungut sesuatu yang jatuh dari genggaman Viona.Dibukanya kotak kado mungil itu.Ternyata isinya gelang, didalam kotak itu ada tulisan tangan Viona yang mengucapkan selamat atas kemenangan Denis.Denis melanjutkan untuk mencari Viona, tak dihiraukan teriakan Alia yang memanggil namanya.Setelah berkeliling stadion mencari Viona, Denis melihat Viona sedang di depan pintu utama GOR.Tampak Viona berlari kecil menerobos hujan.
Viona terus berlari tanpa pedulli hujan yang terus mengguyurnya, tiba-tiba ada payung melindunginya.Viona melihat ke samping.Denis.Viona melengos, tapi Denis menarik pergelangan tangan Viona dan memeluk gadis itu.
“Jangan pergi.”Kata Denis.Viona tak mampu berkata apapun, dia tidak mengerti apa yang dilakukan Denis.
“Kenapa kamu ngilang?”Tanya Denis lagi.
“Karena Alia?Dengar dia bukan siapapun buat aku.Memang aku sempat mencintainya, tapi sekarang tidak.”Jelas Denis sambil menatapku tajam.
Aku diam.
“Karena aku cinta kau.”Kata Denis.
Aku menatap Denis, mencari kebenaran di matanya itu.Lalu Denis mengeluarkan sebuah kotak yang dulu dia beli saat bersamaku.Dia memasangkan kalung itu di leherku.Aku melihat kalung itu, ada huruf D dan V sebagai liontin kalung itu.
“Aku pernah bilang kalo kalung ini buat orang yang spesial.Kamu orang spesial itu Vio.”Kata Denis lagi.Namun aku masih tak bergeming.Denis menyodorkan tangannya ke hadapanku dan merengkuh tangan kiriku.Tangan kami bertaut dengan gelang yang sama.Aku tersenyum melihatnya.Aku menghentikan langkah dan “Aku lebih mencintai kamu Denis.”Jawabku. Aku dan Denis saling menatap dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah sambil hujan-hujanan.

This is about rain and September again
When first time I saw him
I like him
I knew him
I talked with him
I felt happy
I got jealous because of him
I’m in love
And last time he loves me back

0 komentar: