CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Jumat, 10 Februari 2012

waiting for you




Namanya, Raka Adhyasta.Dia cukup populer karena dia atlet sekaligus profesor di sekolahku.Seorang dengan perawakan tinggi dan berkulit brownies yang membuat dia tambah terlihat memikat.Ah, aku benci dengan keadaan ini.Kenapa aku harus tertarik pada orang macam itu.Orang yang gak pantes buatku, karena well prestasiku tidak secemerlang dia.Dan tampangku pun tidak termasuk dalam kategori cantik.Ingin sekali mengeluh kenapa Tuhan menciptakan aku seperti ini, apakah berarti nanti aku mendapatkan seseorang yang bernasib sama sepertiku?Sama sekali tidak meperbaiki keturunan.
Astaghfirulloh!!!
Hentikan menyakiti diri sendiri.




nitnot


Aku menutup diary biru muda bercover doraemon, dan menghembuskan nafas yang sedari tadi menahanku.Otakku kacau, belajar juga ga ada yang masuk untung PR Bahasa Indonesia sudah aku kerjakan.Pikiranku menerawang pada kejadian yang akhir-akhir ini sering membuatku linglung.Aku pikir, aku tidak akan menemukan seseorang yang membuatku tertarik seperti yang sering kubaca di novel-novel.Tapi ternyata, aku harus mengakui kalo aku tertarik sama yang satu ini.Dan kenapa aku baru menyadari keberadaan dia disaat aku sudah hampir dua tahun sekolah disini.Ah, lebih baik aku tidur.Besok jam pertama pelajaran sejarah.Kalo sampe telat, siap-siap konser deh.
Setelah mengecek kembali buku-buku yang harus kubawa besok aku bergegas ke kasur dan memulai perjalanan ke alam bawah sadar.
Esok harinya, aku bangun tepat jam lima.Msih setengah sadar sih, aku segera sajamasuk ke kamar mandi dan beberapa ment aku tertidur.
“Tok tok tok!NOTTTT LAGI NGAPAIN SIH LO!”terdengar pintu kamar mandi digedor keras.Aku Tergagap kaget.Duh, si abang mulai marah nih.batinku.
“Sekarang jam berapa sih Bang?”Tanyaku pada Bang Radit.
“SETENGAH ENAM!”Jawabnya sambil meraung.
“Ha?Oke Bang.Lima menit lagi.Hehee.”Kataku sambil cengengesan.
“Nyengir lo.Udah sana1”Katanya lagi.
Lalu aku secepat mungkin menggutur dan mensabuni tubuhku.Huh selesai juga.Mantep banget deh punya abang galak kaya Bang Pratama Dian Raditya.
“Udah ko Bang.”Kataku pada Bang Radit.
Spontan Bang Radit menjambak rambutku.”ADUHH.”Kataku mengaduh.
“Rese kamu ah.”Gerutuku.
“Sebagai ganti nunggu lo setengah jam.”Jawab Bang Radit lalu menjulurkan lidahnya.
“Ih doggie.”Kataku dan kabur sebelum Bang Radit menghajarku.
Kali ini giliran aku yang menunggu Bang Radit, entah lagi apa dia di kamar.Perasaan aku yang cewe aja gak selama ini deh.
“BANG RADIT CEPETANNNN UDAH JAM...”Belum selesai aku berteriak, Bang Radit sudah menyumpelku dengan roti yang dia bawa.Dan aku telan, hehee.
“Hahaha ditelen juga.”Ejek Bang Radit.
“Kalo dibuang mubadzir.”Jawabku.
“Alasan.”Katanya lagi.
Dengan gemas aku mengacak-ngacak rambutnya yang udah rapi itu, dan ngibrit lari ke arah motor Bang Radit.
“Eh rambut gue.Sialan lo Not.”Jawab Bang Radit.
“Cepetan deh, mau telat tau.”Kataku manyun.
Bang Radit menstarter satrianya setelah aku menaiki satria, Bang Radit tancap gas dan BANG RADITTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT.Aku berteriak sekencang mungkin.
Sampai depan pintu gerbang, Bang Radit terkekeh melihat tampangku yang semrawut.Dia kan tau, aku phobia ngebut.
“Gak telat kan?”Tanyanya usil.
Aku tidak menjawab Bang Radit dan ngeloyor pergi masuk kelas.
Sepanjang pelajaran sejarah, aku sibuk mencatat sana-sini apa yang aku dengar dari penjelasan Pak Ris.Beliau guru favoritku sejak aku kelas X.Dan gak kerasa bel istirahat berdentang, semua buru-buru bersiap keluar.Dan aku bersiap ke mading setelah aku membeli eskrim.
Aku melihat-lihat mading, aku sangat menyukai gambar yang tertempel di mading, gambar itu seperti cerita berseri dan setiap beberapa minggu atau hari aku bisa mendapat kesimpulan dari gambar itu.Dan tepat hari ini, ini bagian kesimpulan dari kesemua gambar yang tertempel di mading beberapa hari yang lalu.Saking asiknya menyimpulkan, aku tidak menyadari ada seseorang yang kini tengah berdiri di sampingku.
“Aku sering melihatmu berdiri di mading.”Katanya.
“Oh, aku emang suka melihat mading.”Jawabku sambil asik menggabungkan gambar-gambar yang kemarin aku foto tanpa menghiraukan si penanya.
“Mana yang paling kau suka?”Tanyanya lagi.
“Yang ini.”Kataku sambil menunjuk gambar berseri itu dan menatap si penanya.Hah?GAK SALAH LIAT?Dia kan Raka?Aduh aku ko jadi gugup gini ya.Mati aku.
“Kenapa kamu suka gambar itu?”Tanyanya lagi.
“Abisnya bagus sih, kayanya gambar-gambar ini cerita berseri deh.Dan ini pasti bagian terakhir seri minggu ini.”Jawabku bersemangat sambil sesekali memakan eskrimku.
“Lalu apa ceritanya?”Dia kembali bertanya.
“Menurut aku sih, ini bercerita tentang anak laki-laki yang kehilangan neneknya.Dia merasa bersalah dan dia merasa kematian neneknya gara-gara ulah dia.”Jelasku panjang lebar dan melirik Raka.
Dan apa yang sedang dia lakukan?Menatapku dengan tatapan sulit diterka.
“Kenapa melihatku seperti itu?”Tanyaku salting.
Dia memamerkan senyumnya yang ternyata manis sekali.
“Haha tidak.Hanya saja aku senang melihat orang seperti kamu.”Jawabnya lalu berlalu meninggalkanku.
“Apa maksudnya?”Tanyaku pada diriku sendiri lalu menghabiskan sisa eskrimku.
Aku berlari kecil menuju mading, tuh kan ada gambar yang baru.Tapi ko gambarnya aneh, Cuma kotak bertuliskan mading.Apa maksudnya?Aku menjilati eskrimku sambil terus menerka-nerka gambar apa maksudnya.
“Kamu lagi.”Kata suara di dekatku.Aku terlonjak kaget.Raka lagi?Duh ko dia kesini lagi atau jangan-jangan dia juga senang membaca isi mading ini.Bagus lah jadi bisa berduaan terus sama dia.Hahaha.
“Ngapain kamu?”Tanyaku aneh.
“Emang Cuma kamu yang boleh baca mading.”Jawabnya.Suaranya dalemmmmm banget.
“Bu bukan gitu, tapi aku ga pernah liat kamu sebelumnya.”Jawabku.
“Tapi aku sering melihatmu disini dari awal semester dua.”Katanya dan lagi-lagi menatapku penuh tanda tanya.Dan jawaban dia membuatku melongo.
“Sambil makan eskrim.”Katanya lagi lalu tersenyum sehingga membuat mata hazelnya sedikit menutup.
Kenapa Tuhan ciptain mahluk seindah kamu.Batinku lagi.
“Ah, aku suka eskrim.Kamu mau?”Tanyaku menawarkan eskrimku yang tinggal selahap lagi.
Dia tertawa kecil.”Kamu pikir aku ga bisa beli?”Tanyanya.
“Ih, aku kan menawarkan.Kalo kamu mau, aku pasti nyuruh kamu beli sendiri ko.”Jawabku memalukan.Dia tertawa lagi bahkan lebih renyah.Ah, dia memang indah.
“Eh kau tau tak siapa yang buat gambar di mading?”Tanyaku.
Dia hanya menggeleng lemah pertanda dia tidak tau.
“Kenapa?”Tanyanya.
“Engga sih, pengin tau aja.Abis menarik banget.”Jawabku singkat.
“Suatu saat kamu pasti tau.”Katanya.
Mencurigakan banget sih.Tapi ini kemajuan pesat, aku gak perlu susah payah buat liat dia tinggal datang ke mading dan kemungkinan dia juga ada disini.Lagian tadi dia bilang kalo dia sering liat aku.Ko aku ga pernah liat dia sebelumnya ya.Jangan-jangan dia mahluk gaib lagi.Ih plis deh, bikin aku merinding.









Dua hari ini, mungkin Tuhan sedang baik padaku.Dia mempertemukan aku dengan Raka.Malah ngobrol.Hehee
Yang bikin heran, pernyataan dia yang bilang sering melihatku sejak aku semester dua.Apa jangan-jangan dia juga senang memperhatikanku.
NGIMPI ye?
Ah, pusing deh.Semoga besok kita bisa lebih dari sekedar ngobrol.Jambak-jambakkan misalnya.Konyol.Hahaha


Nitnot







Cuaca hari ini sangat membuatku dehidrasi, panasnya ampun deh.Mana ini bus gak dateng-dateng.Keringat mulai membasahi bagian punggungku, berkal-kali aku menyeka keringat di dahiku.Duit tinggal dua ribu, Cuma cukup buat ngebis.Kalo beli es, berarti aku harus jalan?Sama aja bohong, ntar abis duluan esnya.Selang menit berlalu, teman-teman yang sedang bernasib sama denganku mulai ribut.Mereka seperti melihat sesuatu yang membuat mereka senang atau entahlah aku tidak peduli itu.Yang kubutuhkan cuma bis agar aku segera pulang.
“Eh, ada Raka.”Kata salah satu suara.
“Iya, duh tumben dia ke halte.Ngapain ya?”Kata suara yang lain.
“Mau jemput gue deh.”Kata satunya lagi sambil cekikikan.
Apa?Raka?Refleks aku melirik dan mencari dimana Mahluk Tuhan Paling Menyegarkan itu.Aku clingukan tapi yang ada, aku malah melihat cewe-cewe menatapku dengan tatapan misterius.Aku mengernyitkan dahi.
“Ada apa ya?”Tanyaku ragu.
Bukannya menjawab pertanyaanku, mereka malah menyunggingkan senyum.Pasti ada sesuatu di belakangku.Perlahan aku memutar badanku dan
“WAAAAAAAAAAAAAAA.”Aku berteriak tepat dihadapan Raka.
Raka menutup telinganya.
“Aduh, bisa budeg ntar aku.”Katanya lembut.
“Ya kamu ngapain disini?”Tanyaku masih dengan nafas agak tersengal.
“Gak boleh ya?”Dia balik bertanya.
“Aneh aja.”Jawabku datar.
“Kamu mau pulang?”Tanyanya lagi.Sumpah, kalo bukan Raka yang tanya, aku bakal jawab “Bukan tapi aku mau beli pupuk disini.Ya Alloh plis deh, aku di halte dengan keadaan masih pake seragam dan ada di sekitar sekolah.Ya jelas mau pulang lah.Bego banget sih.”
“Iya.”
“Nih eskrim, pasti kamu pengin minum.”Kata Raka lagi sambil menyodorkan dua conello vanilla dish kesukaanku.Aku menerimanya dengan melongo dan Raka hanya tersenyum lalu berlalu begitu saja.
“Darimana dia tau, aku suka conello yang ini?”Tanyaku pada diri sendiri.
“Ciee ciee Nitnot dideketin Raka.Diam-diam yah.”Kata Tasya.
“Kenalin gue dong Not.”Allice menambahkan.
“Aku juga gatau dia mau kesini.”Jawabku gak nyambung.
“Sejak kapan lo deket sama Raka, Not?”Tanya Allice lagi.
“Gak sengaja tau, waktu itu aku berdiri depan mading.Kalo mau kenal, kalian berdiri aja depan mading pas istirahat apa sebelum jam pertama.”Jelasku.
“Ha?Aneh banget sih.”Timpal Tasya.
“Besok coba aja, yaudah aku duluan bisnya nongol.”Kataku cepat.
Paginya, Allice dan Tasya mengikuti apa yang kemarin aku sampein malah mereka terlalu pagi menurutku.Aku sempatkan untuk melihat gambar seri itu, kali ini gambarnya cowo sama cewe depan mading.Setelah ngobrol sebentar dengan kedua temanku, aku segera ke kelas karena ada PR ynag belum ku kerjakan.
“Eh, itu Raka.”Kata Allice sambil menyikut Tasya.Tasya melirik.
“Pura-pura gak liat, biar dia nyapa kita.”Bisik Tasya.
Raka melihat kedua cewe itu dan sesekali melihat ke sekeliling seperti mencari sesuatu.Karena gak sabar, akhirnya Allice dulu deh yang menyapa Raka.
“Ka Raka?Suka liat mading juga?”Tanya Allice basa-basi.
Raka tersenyum simpul dan menjawab,”Ya begitulah.Kamu juga?”
“Iya dong, kami suka baca tips-tips ter uptodate.”Jawab Tasya gak mau kalah.
“Oh, tapi aku jarang liat kalian ya?”Tanya Raka lagi.
Kontan keduanya kaget namun mereka bersikap normal lagi.
“Ah, mungkin pas kita disini.Kaka lagi gak disini.”Kata Allice beralasan.
“Hahaha, iya kali ya.Apa kalian kenal Qonita?”
“Oh iya kenal.Malah sekelas.”
“Dia kemana ya?Biasanya pagi udah disini.”
“Dia di kelas, maklum ada pekerjaan rumah yang belum kelar.”
“Anak itu..., ya sudah salam aja buat dia.Bentar lagi masuk nih, harus balik ke kelas.”
“Eh iya ka.”Jawab mereka bersamaan.
Setelah kepergian Raka, Allice dan Tasya berjalan ke kelas untuk menyampaikan apa yang telah mereka lakukan denngan Raka.
“Lo bener Nit.Dia ke mading.”Kata Allice menggebu-gebu.
“Terus kita sempet ngobrol gitu deh, tapi sayanng.”Kata Tasya.
“Sayang kenapa?”Tanyaku.
“Dia nanyain lo tuh, bukannya nanyain kita kita malah nanyain lo.”Jawab Tasya.
“Nanyain aku?Perasaan aku belum pernah kasih tau namaku deh.”
“Heh, jelas-jelas dia nanyain lo Priskila Dian Qonita.Kayanya di sekolah kita Cuma lo yang namanya Qonita.”
“Aku belum pernah ngasih tau namaku.Jangan mengada-ada deh.”
“Terserah, kita sih ga masalah.Ya gak Al?”
“Yuhuu.”
Tuh kan, Raka aneh.Darimana dia tau namaku?Sebenernya dia itu siapa sih.Dengan langkah terseok-seok aku berjalan ke arah halte namun lagi-lagi Raka muncul dibelakangku.
“Kenapa sih kamu itu suka muncul tiba-tiba.”Kataku setengah kesal setengah senang.
“Ayo ikut.”Katanya tak menggubris pertanyaanku.
“Kemana?”
“Udah ikut aja.”
Raka mengajakku mengeilingi kota dengan satrianya.Dia menngarah ke taman kota, dan akhirnya kita berhenti di taman.Berhubung hari sudah sore, taman mulai rame.Aku melihat ada sewa sepeda tandem, dari dulu aku pengin banget naik itu.Tapi apa Raka mau ya?
“Kamu mau apa?”Tanya Raka seperti mengetahui apa yang sedang aku pikirkan.
“Eh engga.”Jawabku berbohong.
“Mumpung di taman.”Bujuk Raka.
“Aku pengin naik sepeda tandem, tapi kan harus ada dua orang.”Kataku bego
Melihat ekspresiku yang mungkin terlihat bloon, Raka tertawa.Gak pernah aku liat Raka tertawa lepas seperti ini.Rasanya lebih bebas.Lalu Raka tersenyum padaku.Uh plis God, kenapa Raka punya senyum semanis ini sih.Bikin aku ciut.
“Kan ada aku.”Kata Raka lembut.
“Aku pikir kamu ga suka yang beginian.”Balasku lagi.
Tanpa basa-basi Raka menarik pergelangan tanganku dan mengajak ke tempat sewa sepeda.Rada shock aku, pas liat Raka menggenggam tanganku.Ga pernah terlintas dalam pikiranku ternyata ini lebih indah dari yang kubayangkan.Kami bersepeda mengelilingi taman, sesekali berhenti dan kami melanjutkan perjalanan lagi.Selesai bersepeda, tiba-tiba perutku bunyi.Gawat, semoga Raka ga denger tapi salah.Dia melirikku dan terkikik.
“Pulang deh.”Kataku menahan malu.
“Kenapa?”Tanyanya.
“Aku lapar.”Jawabku jujur dan apa adanya.
“Kamu ingin apa?”
“Makan.”
“Maksudku kita makan disini aja, kamu mau apa?”
“Eng,soto.”
“Soto?”
“Iya yang diujung itu, enak.”
Raka akhirnya menuruti permintaanku, kami makan soto bersama.Awalnya Raka terlihat ragu, tapi dia malah nambah semangkok lagi.Aku melihat Raka, ko dia beda banget ya kalo pas di sekolah.Di sekolah dia keliatan kalem, cool, dan diam.Tapi disini, dia seperti lebih ceria.Apapun dia, tapi aku tetap menyukainya.Eng, lebih suka ke Raka yang ini sih daripada yang di sekolah.
“Eh, kamu beda ya.”Ceplosku.
“Beda gimana?”Tanya Raka sambil melahap suapan terakhir sotonya.
“Kalo di sekolah kalem disini ko engga.”Jawabku.
Raka menyudahi makannya dan menatapku tajam.Tambah keren dan bikin jantungku loncat.
“Dari awal aku liat kamu, aku yakin Cuma kamu yang benar-benar bisa ngebuat aku jadi apa adanya aku.”Jelas Raka.
Sebenernya aku rada gak ngerti apa maksudnya, tapi aku iyakan saja.Dan Raka mengantarku pulang.
“Tetap jadi Raka yang seperti ini ya.”Kataku singkat lalu ngibrit lari ke dalem rumah dan meninggalkan Raka yang sedang kebingungan.
Setelah hari itu, aku dan Raka jadi makin sering bersama.Terkadang kita lari pagi atau sekedar saling mengantarkan makanan.Aku juga sering diantar jemput Raka.Ini membuat Bang Radit senang, soalnya dia bebas tugas untuk mengantarku sekolah.Ibupun merasa senang dan mengira Raka pacarku, duh ibu aku juga kepenginnya gitu.Tapi dekat seperti ini saja sudah membuatku merasa nyaman, aku tidak mau berharap lebih.Bahkan seantero SMA pun tau kedekatan kami.Yang paling dendam sama aku ya Allice dan Tasya, mereka kan fans berat Raka.Kadang aku kabur kalo ada mereka berdua atau terkadang mengajak mereka untuk menemaniku bertemu Raka.Tak pernah lupa, aku melihat gambar seri di mading.Kali ini ceritanya belum berujung bahkan hampir setengah tahun ini masih berlanjut.Yang membuatku heran, gambar-gambar itu seperti menceritakan tentang aku dan Raka.Siapa sih sebenarnya yang membuat gambar itu, aku benar-benar penasaran.Sampai akhirnya ujian datang, ini membuat intesitas bertemu dengan Raka berkurang.Kangen sih, tapi aku harus mengerti dia sebagai temannya yang baik dan yang diam-diam menyukainya.Hari ini, hari pengumuman kelulusan tapi aku tidak melihat Raka, aku bertanya pada teman-temannya mereka semua tidak ada yang tau.Aneh.Raka kemana ya?Ponselnya juga sulit dihubungi.Dan sampai akhirnya apa yang selama ini aku takutkan terjadi, Raka benar-benar pergi.Tidak ada komunikasi atau kabar dari Raka, bahkan hingga aku hampir 3 bulan di kelas XII tetap tak ada perubahan.Sedih sekali.Kenapa harus gini pada akhirnya?Kalo dia Cuma jadi angin lalu, kenapa dia harus memperindah hariku?Aku benci Raka.Diam-diam aku menangis di taman, taman ini tempat dimana kami memulai saat kita begitu dekat, saat aku melihat Raka bisa tertawa sebegitu lepasnya, saat melihat Raka berbeda.Semuanya ada Raka.Bahkan ibu dan Bang Radit menanyakan Raka.
Pagi ini, aku terbangun oleh dering sms yang berulang-ulang.Ada apa sih?Aku mengambil ponselku, ada 23 sms.Banyak amat.Kubaca satu per satu pesan dari mereka dan kesemuanya mengucapkan selamat ulangtahun.Uh, aku sendiri sampai lupa kalo hari ini berulangtahun, terlalu sibuk memikirkan Raka.Ini membuatku jadi teringat Raka lagi, aku ingin sekali dia memberi ucapan ulangtahun padaku.Tapi, jangankan ulangtahunku sekedar memberi kabar saja, dia tidak pernah.Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, dan Bang Radit masuk ke kamarku.
“Selamat ulangtahun Nitnot jelek.Jangan sedih lagi dong adikku sayang.”Kata Bang Radit lembut sambil mengucek rambutku.
“Nih kado dari ibu, abang, sama gatau dari siapa.Tadi pagi ada di depan pintu.”Kata Bang Radit lagi lalu dia meninggalkanku sendiri.
Aku membuka kado dari ibu terlebih dahulu, syal rajutan ibu bertuliskan Qonita.Lalu dari Bang Radit, sepasang sepatu kets putih.Wah si abang baik juga ya, padahal sepatu merk ini kan mahal.Dan yang terakhir yaitu sebuah CD.Buru-buru aku membuka laptop dan menyetel kaset itu.
Tayangan pertama sebuah gambar mading, lalu loh ko gambar-gambar ini kan gambar seri yang ada di mading itu.Endingnya bertuliskan Selamat Ulang Tahun dan ada pesan yang mengatakan agar aku membuka jendela dan melihat keluar.Aku buka jendela dan aku melihat di langit ada banyak kembang api.Aku melihat ke bawah, ada seseorang disana, tapai siapa ya.Aku segera turun ke bawah dan menghampiri orang itu.
Dia, dia Raka.Aku sempat tak percaya.Lalu terlintas ingatan ketika dia meninggalkanku dengan alasan yang gak pasti.Aku tau aku gak berhak marah karena tidak ada hubungan papun yang mengikat kami.Tapi aku kecewa akan sikapnya yang sperti itu.Raka menahanku lalu memelukku erat.
“Maaf.”Katanya.
“Aku benci kamu.”Kataku memalukan.
“Dengerin dulu.Oke, aku salah aku ninggalin kamu tanpa pamit, dan aku sebenarnya yang membuat gambar berseri itu.Itu menceritakan tentang kamu dan aku.Dari awal kita bertemu, dan kamu masih ingat tentang gambar yang kehilangan neneknya.Ya, semenjak nenek meninggal aku menjadi terlihat diam karena aku merasa akulah penyebab kematian nenek.Setelah itu aku melihatmu, dekat denganmu dan aku sangat menyukaimu.Tapi aku tidak ingin suatu saat aku berubah karena aku teringat kejadian nenek lagi, aku hanya ingin menjadi Raka yang kamu inginkan seperti apa yang telah kamu katakan waktu itu.Aku pergi ke psikiater untuk menghilangkan rasa takut itu Qonita.”Jelas Raka panjang lebar dan membuatku benar-benar melongo.
“Jadi kamu percaya?”Tanya Raka hati-hati.Aku mengangguk lemah.
“Selamat ulangtahun Qonita .Gimana hadiahnya?”Tanya Raka lagi.
“HADIAHNYA BAGUS BANGET.Aku ga nyangka kamu sampai berbuat seperti ini sama aku.”Terimakasih.”Kataku antusias.
“Sama-sama, dan kau tau satu hal yang gak akan pernah aku tinggalin lagi di dunia ini.”
“Gatau.”
“Kamu.Eng, I wanna make your special day more beautifull with my heart.”Kata Raka seraya berlutut dan menyerahkan sebuket bunga tulip.
“Kenapa aku?”
“Dari awal kan aku udah bilang, Cuma kamu yang benar-benar menerima aku apa adanya aku.Dan kamu masih menungguku hingga sekarang ini kan?”Kata Raka sedikit menggoda.Dan jelas ini membuat mukaku bertranformasi warna.
“Raka ih, malu tau.”Kataku tertunduk
Rasanya seperti mimpi, orang yang selama ini aku suka dan aku impikan ternyata dia jauh lebih indah dan jauh lebih tak terduga dari yang kukira.Terimakasih Tuhan, membuatku tidak salah mencintai seseorang.
Priskila Dian Qonita & Raka Adhyasta

0 komentar: